10 Negara Jatuh Resesi Ekonomi akibat Pandemi
10 Negara Jatuh Resesi Ekonomi akibat Pandemi – Setelah negara-negara maju di dunia memastikan bahwa mereka memasuki krisis akibat pandemi Covid-19, resesi ekonomi pada tahun 2020 menjadi semakin umum.
10 Negara Jatuh Resesi Ekonomi akibat Pandemi
freedomfchs – Baru-baru ini, Inggris telah mengkonfirmasi bahwa mereka sedang memasuki resesi, dengan pertumbuhan ekonomi negatif sebesar 20,4% pada kuartal kedua tahun 2020.
Pada saat yang sama, negara yang selamat dari ancaman resesi adalah China. Sebagai referensi saja, sejak pandemi Covid-19 melanda pada akhir tahun 2019, ekonomi Tiongkok telah mengalami kontraksi sebesar 6,8% pada kuartal pertama tahun 2020.
Namun, meski bambu berencana kembali meraih pertumbuhan positif sebesar 3,2% pada kuartal kedua tahun 2020, negara-negara tirai tersebut belum berani mencapai target pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020.
Lantas, negara mana saja yang sudah dipastikan memasuki masa resesi akibat pandemi Covid-19? di kutip dari kompas.com, Berikut ini Beberapa Negara Jatuh Resesi Ekonomi akibat Pandemi :
1. Amerika Serikat
Negara yang dipastikan berada di ambang resesi adalah Amerika Serikat. Negeri Paman Sam itu mencatatkan pertumbuhan negatif hingga 32,9% pada kuartal kedua tahun 2020.
Setelah mencatat pertumbuhan negatif 5% pada kuartal pertama tahun 2020, memburuknya ekonomi pada kuartal kedua kemudian menyeret negara adidaya tersebut ke dalam resesi.Menurut catatan, kontraksi terjadi karena konsumsi rumah tangga, ekspor, produksi, investasi, serta negara dan lokal.
Penurunan tajam dalam pengeluaran pemerintah.
Baca juga : Sejarah Membuktikan Militer Myanmar Memang Gatal Kudeta
2. Jerman
Perekonomian Jerman mengalami kontraksi terbesar pada kuartal kedua tahun 2020. Ini setelah Jerman mengalami pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal pertama tahun 2020.
Perlambatan ekonomi di Jerman disebabkan oleh penurunan belanja konsumen, investasi bisnis, dan ekspor akibat pandemi virus corona. Pertumbuhan ekonomi Jerman dalam satu dekade terakhir juga menghilang.
Kantor Statistik Federal Jerman menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Jerman pada kuartal kedua tahun 2020 adalah negatif 10,1%. Pada kuartal terakhir, pertumbuhan ekonomi Jerman dilaporkan negatif 2%.
Angka-angka untuk kuartal kedua tahun 2020 adalah yang terendah sejak Kantor Statistik Federal mengumpulkan data pertumbuhan ekonomi triwulanan Jerman pada tahun 1970.
3. Perancis
Pertumbuhan ekonomi Prancis pada kuartal kedua tahun 2020 adalah negatif 13,8%. Pada kuartal pertama tahun 2020, ekonomi Prancis tumbuh negatif 5,9%. Dengan cara ini, Prancis secara resmi memasuki ambang resesi.
Penurunan ekonomi Prancis sebagian disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan yang disebabkan oleh blokade, sehingga mencegah penyebaran virus corona.
4. Italia
Negara di Italia, tidak luput dari bayangan resesi serta Pertumbuhan perekonomian negara itu negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Pada kuartal kedua, ekonomi Italia mengalami kontraksi sebesar -17,3%. Pada saat yang sama, pada kuartal pertama tahun 2020, ekonomi Italia telah merosot 5,5%.
5. Korea Selatan
Di Asia, Korea Selatan dipastikan berada di ambang resesi. Akibat kinerja ekspor yang lesu, hal ini menyebabkan perekonomian Korea Selatan mengalami penurunan terparah dalam dua dekade terakhir.
Selain itu, kebijakan social distancing mencegah produk-produk produksi terserap pasar. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekonomi terbesar keempat di Asia mengalami kontraksi 3,3% pada kuartal kedua hingga Juni.
Bank of Korea menyatakan bahwa kontraksi tersebut merupakan yang terbesar sejak tahun 1998. Tingkat pertumbuhan tahunan produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan akan turun 2,9% per tahun. Angka tersebut merupakan penurunan terbesar sejak kuartal keempat tahun 1998.
6. Jepang
Menurut laporan, selain Korea Selatan, Jepang juga mengalami resesi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun 2020 adalah negatif 3,4%. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 2015.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi Jepang terjadi setelah pertumbuhan ekonomi negatif 6,4% pada kuartal keempat 2019.
7. Hong Kong
Sebelum pandemi Covid-19, Hong Kong sendiri sedang mengalami resesi. Namun karena pandemi, resesi Hong Kong sudah berlangsung lama. Menurut data awal dari otoritas Hong Kong, tingkat pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada kuartal kedua tahun 2020 adalah -9% (year-on-year).
Penurunan ekonomi triwulanan adalah tahun keempat berturut-turut sejak 2019. Hong Kong mengalami gelombang pertama protes resesi dalam satu dekade tahun lalu, perang perdagangan anti-pemerintah dan Tiongkok-AS.
Situasi ini kemudian diperburuk oleh wabah virus corona yang dimulai di Wuhan, China. Data pemerintah menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada kuartal pertama tahun 2020 adalah negatif 9%. Angka ini lebih buruk dari yang dilaporkan sebelumnya.
8. Singapura
Pada kuartal kedua tahun 2020, ekonomi Singapura (kuartal ke kuartal) mengalami kontraksi sebesar 42,9%. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura juga menyatakan bahwa hal ini telah menjerumuskan ekonomi negara tersebut ke dalam definisi resesi teknologi.
Menurut perkiraan pemerintah berdasarkan data pada bulan April dan Mei, perekonomian negara tersebut diperkirakan akan turun 41,2% pada kuartal kedua tahun 2020 dari kuartal sebelumnya. Adapun setiap tahun, ekonomi Singapura telah turun 13,2%. Angka ini lebih buruk dari perkiraan pemerintah yaitu -12,6% (YoY)
9. Filipina
Selain itu, Filipina mencatat kontraksi terparah pada kuartal kedua tahun 2020. Akibat kebijakan lockdown yang disebabkan pandemi virus corona, pemerintah Filipina menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2020.
Menurut Biro Statistik Nasional di daerah itu, pertumbuhan perekonomian di Filipina pada kuartal kedua tahun 2020 adalah negatif 16,5%. Ini merupakan pencapaian terburuk sejak Filipina pertama kali mencatat pertumbuhan ekonomi pada tahun 1981. Laju pertumbuhan ekonomi Filipina pada kuartal pertama tahun 2020 adalah negatif 15,2%.
Baca juga : Fakta-Fakta UU Cipta Kerja usai Disahkan Jokowi
10. Inggris
Pada kuartal kedua tahun 2020, ekonomi Inggris menyusut sebesar 20,4% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh pandemi virus Corona (Covid-19) yang menyebabkan pemerintah menerapkan kebijakan isolasi total atau lockdown.
Namun, setelah kenaikan 1,8% pada Mei, pemerintah melonggarkan blokade, dan produk domestik bruto (PDB) meningkat 8,7% pada Juli.
Kontraksi pada kuartal kedua adalah yang paling serius, setelah PDB kuartal pertama berkontraksi sebesar 2,2%.
Indonesia menyusul?
Di saat yang sama, setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun 2020 mengalami kontraksi -5,32% pada awal Agustus, resesi negara menjadi topik hangat.
Secara triwulanan, ekonomi berkontraksi 4,19%, dan kontraksi kumulatif sebesar 1,26%. Tingkat kontraksi sebesar -5,32%, lebih tinggi dari yang diharapkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu memperkirakan perekonomian Indonesia akan mengalami keterpurukan, dengan batas bawah -5,1% dan titik tengah -4,3%. Begitu pula dengan prediksi Bank Indonesia bahwa perekonomian akan turun 4,3% menjadi 4,8%.
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Presiden Jokowi selama dua periode berturut-turut ini bahkan mengatakan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan akan kembali menyusut pada kuartal ketiga tahun 2020.
Artinya, jika ekonomi tumbuh pada kuartal ketiga, Indonesia resmi memasuki resesi. Dikonfirmasi sebagai negatif. Baru-baru ini, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali ke nilai negatif pada triwulan III tahun 2020.
Produk domestik bruto (PDB) pada kuartal ketiga tahun 2020 akan menjadi -1%. Sementara itu, pada kuartal keempat mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 1,38%. Akibatnya, seluruh perekonomian 2020 masih akan negatif 0,49% pada 2020.