10 Perusahaan Sawit Terbesar di Indonesia
10 Perusahaan Sawit Terbesar di Indonesia – Sebagai produsen utama minyak sawit, Indonesia merupakan markas banyak perusahaan kelapa sawit dengan aset dan pendapatan besar.
10 Perusahaan Sawit Terbesar di Indonesia
freedomfchs – Sebagian besar perusahaan sawit yang masuk dalam daftar tersebut memiliki lahan seluas ratusan ribu hektar.
Lahan kelapa sawit tersebar di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Selain itu, kesepuluh perusahaan yang ada di sini adalah emiten sehingga sahamnya bisa diperdagangkan.
Di himpun dari goodnewsfromindonesia.id , berikut adalah 10 Besar Perusahaan Kelapa Sawit di Indonesia (dihitung dari total pendapatannya).
1. Sinar Mas Agro Resource and Technology (Rp36,19 triliun
Sinar Mas Agro Resources and Technology atau disingkat SMART berhasil menjadi perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1962 dan diselenggarakan oleh Sinar Mas Group yang didirikan oleh Eka Tjipta Widjaja.
Hingga 2019, perusahaan mengelola 137.372 hektar lahan dan mengalokasikan 106.428 hektar lahan produksi dan 31.304 hektar lahan plasma untuk petani lokal.
Pendapatannya mencapai 36,19 triliun rupiah, dan laba bersih mencapai 89,9 miliar rupiah. Nilai nominal ini paling tinggi di antara perusahaan sawit lainnya.
Perusahaan tidak hanya memenuhi permintaan domestik, tetapi juga mengekspor ke berbagai negara di Eropa, Timur Tengah, Amerika Serikat, dan Afrika.
Baca juga : Strategi Marketing Untuk Mengembangkan Bisnis Anda
2. Astra Argo Lestari (Rp17,45 triliun)
Posisi kedua ditempati Astra Argo Industri dengan total pendapatan Rs 1.452 crore dan laba bersih Rs 2.110 crore.
Perusahaan yang awalnya bergerak di bidang ubi kayu dan karet, kemudian memasuki bidang kelapa sawit pada tahun 1984 dengan membuka lahan di provinsi Riau.
Total luas lahan adalah 286.877 hektar. Di wilayah ini, 217.328 hektar merupakan industri nuklir dan 69.549 hektar merupakan perkebunan plasma.
Seiring berjalannya waktu, letak daratan ini terus berkembang dan menyebar ke seluruh Kalimantan dan Sulawesi.
3. Salim Ivomas Pratama (Rp13,65 triliun)
Perusahaan didirikan pada tahun 1992 dan telah menjadi pemain utama di industri hulu dan hilir kelapa sawit di Indonesia.
Pada 2019, luas lahan sawit perseroan mencapai 251.112 hektare dan pendapatan mencapai Rs 1.365 crore.
Di bisnis hilir, perseroan memiliki 26 pabrik kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan dengan total kapasitas pengolahan 6,8 juta ton per tahun.
Produk olahan minyak sawitnya banyak dijual di pasaran dengan merek Bimoli Oil dan Palmia Margarine.
4. Dharma Satya Nusantara (Rp5,73 triliun)
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 29 September 1980, awalnya bergerak di bidang industri kayu, kemudian secara resmi mulai merambah bisnis kelapa sawit pada tahun 1996.
Pada 2019 luas tanam akan mencapai 112.450 hektar, dimana 84.556 hektar merupakan lahan, dan sisanya merupakan lahan plasma yang juga dimanfaatkan oleh petani lokal.
Secara finansial, pendapatan perusahaan yang cukup besar mencapai 57,360 miliar rupee dan laba bersih 166 miliar rupee.
Di bawah naungan Triputra Group, perusahaan ini telah berkembang dan menjadi pemain penting di sektor kelapa sawit Indonesia.
5. PP London Sumatra Indonesia (Rp3,69 triliun)
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1906 oleh perusahaan Inggris Harrion & Crossfiled dan telah berkembang pesat menjadi pemain utama di bidang minyak sawit.
Hingga 2019, luas perkebunan sawit perseroan mencapai 115.665 hektare, di antaranya 95.637 hektare lahan sawit, dan sisanya adalah karet (15.945 hektare) dan koka (15.945).
PP, London, Sumatera, dan semua daerah yang berkembang di Indonesia tersebar luas di Pulau Sumatera.
Pada 2019, perseroan berhasil meraih pendapatan 3,69 triliun rupee dan laba bersih 252 miliar rupee.
6. Sawit Sumbermas Sarana (Rp3,27 triliun)
Sawit Sumbermas Sarana memiliki total pendapatan 3,77 triliun rupee dan laba bersih 25 miliar rupee, menempati urutan keenam.
Perusahaan mengelola 93.660 hektar lahan inti dan 22.862 hektar untuk plasma, dan berkantor pusat di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Pada 2019, produksi minyak sawit mencapai 1.521.602 ton. Produk hilir perusahaan diekspor ke berbagai negara, seperti China, India, Pakistan, dan Bangladesh.
7. Sampoerna Agro (Rp3,26 triliun)
Perusahaan ini dimiliki oleh Grup Sampoerna yang didirikan pada tahun 1993. SampoernaAgro berkantor pusat di Kalimantan dan saat ini memiliki 84.000 hektar lahan.
Pada 2019, perseroan berhasil menciptakan produksi 1,83 juta ton dan produksi CPO mencapai 385.000 ton.
Sementara pendapatannya mencapai 3,26 triliun rupee dan laba bersih mencapai 40 miliar rupee.
8. Eagle High Plantations (Rp2,51 triliun)
Eagle High Plantations Tbk (sebelumnya dikenal sebagai BW Plantation Tbk) (BWPT) didirikan pada tanggal 6 November 2000 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004.
Total pendapatan pada 2019 mencapai 2,51 triliun rupiah, menjadikannya perusahaan sawit terbesar kedelapan di Indonesia.
Pabrik pengolahan kelapa sawit BWPT dan anak perusahaannya terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Tengah di Provinsi Kalimantan Tengah.
Pada saat yang sama, perkebunan afiliasi tersebar di seluruh Kalimantan, meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Baca juga : 10 Negara Jadi Penghasil Nikel Terbesar Dunia
9. Bakrie Sumatra Plantations (Rp1,98 triliun)
Bakrie Sumatra Palntations memiliki total pendapatan Rp 1,89 triliun, menempati peringkat ke-9.
Perusahaan dimulai dengan pendirian perkebunan karet pada tahun 1911 dengan nama NV Hollandsch Amerikaanse Plantage Maatschapij.
Pada tahun 1986, PT Bakrie & Brothers mengakuisisi saham tersebut dan mengganti namanya menjadi Uniroyal Sumatra Plantations.
Sejak listing publik, nama perusahaan telah diubah menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
Pada tahun 1990, Perkebunan Bakrie Sumatra mulai berekspansi ke bisnis kelapa sawit dengan mendirikan proyek Greenfield.
10. Austindo Nusantara Jaya (Rp1,82 triliun)
Pesanan terakhir diisi oleh Asutindo Nusantara Jaya dengan total pendapatan Rs 1,82 triliun pada 2019.
Perusahaan didirikan pada tahun 1993, dan hingga saat ini luas tanahnya mencapai 153.000 hektar, meliputi Kalimantan Barat, Papua, Belitung dan Sumatera Utara.
Selain untuk memenuhi pasokan dalam negeri, produk perseroan juga diekspor ke berbagai negara.